Ada kehidupan yang sederhana selain kusimpan rindu
yang mengalir deras, perasaan-perasaan itu selalu hadir tanpa aku memanggilnya,
aku memanggilnya kamu.
Ada cahaya yang tak pernah redup setiap aku membayangkan
aku bertemu denganmu, padahal pertemuan terjadi beberapa bulan yang lalu. Entah
kenapa aku masih jelas mengingat kejadian tersebut, aku memanggilnya kamu.
Ada harapan yang selalu hadir setiap do'a yang
terpanjatkan, do'a yang selalu kusimpan dan dilekatkan pada setiap aku bertemu
dengan Tuhan, aku memanggilnya kamu.
Ada embun yang sering mencair, saat aku menyebut aku
merindukanmu, bukan karena aku tak bahagia denganmu, melainkan aku bisa menjadi
orang yang sanggup menantimu ini kebahagiaan yang tak ternilai, tentang
ketulusan dan tentang kamu.
Ada pelukan hangat setiap aku menerima pesan darimu,
perasaan hangat, perasaan yang bisa menjadi cair ketika rindu sudah lama
membeku akan ketidak hadiranmu, tidak jauh dari aku menginginkan pelukan nyata
darimu, dan aku tetap nunggu kamu.
Ada lorong yang panjang, tak terhitung seberapa jauh kita
terpisahkan, dan semuanya kita dekatkan dengan makna yang sama, kalimat yang
sama, dan hati yang sama, merindukan. Aku memanggilnya kamu, dan aku
mengharapkan semua itu kamu. Terkadang sungguh melelahkan, aku merasa aku tak
sanggup, tapi kamu berfikir aku selalu bisa untuk menanti kehadiranmu. Kita
memang bisa untuk menunggu. Tapi kita terlalu sering tidak bisa menghadapi
sifat kekanak-kanakan dan egoisnya kita. tapi, kita bisa untuk menghadapi semua
masalah, karena kita mau belajar untuk menerima dan belajar menjadi pribadi
yang dewasa. Ini tidak bisa lepas dari aku ingin kita sama-sama menjadi pribadi
yang lebih baik dan berusaha seakan semua menjadi baik-baik saja saat berjauhan.
Waktu dan kesabaran lah yang menjawab kapan kita memenangkan pertarungan akan
rindu ini, yang pasti semua sudah ditentukan, bersabarlah. Bukankah Tuhan
bersama orang-orang yang bersabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar